Sore itu aku berjalan sendirian menuju salah satu cafe didekat rumah ku. Hari ini ada janji bertemu dengan teman dekat ku semasa kuliah dulu -Indah- perempuan yang berkulit putih dan ketika tersenyum akan tampak gigi putihnya yang rata. "Dini..! " Seseorang dibelakang ku memanggil nama ku. Aku sangat mengenali suara ini. Aku pun menoleh ke belakang. Seorang perempuan bergamis abu-abu dengan jilbab biru mudanya berjalan cepat ke arah ku dengan senyum sumringah. "Indahhhh" Aku berlari kecil ke arah Indah, lalu memeluknya erat. Setelah setahun kami tak bertemu karena setelah menikah ia langsung diboyong suaminya pindah ke Palembang. Senyum merekah terukir diwajah kami berdua. "Congrats yaaa, akhirnya kamu nikah juga!" kata Indah dengan kalimat yang sedikit mengejek. "Iyalah, masa belum move on terus" balas ku padanya yang langsung menepuk pundak ku. Aku dan Indah menuju tempat duduk didekat jendela sambil membawa makanan masing-masin
Read it ! :) Bukan Bidadari mu Suci Rahmadani “Kamu udah siap?” Aku menoleh ke sumber suara. Perempuan dengan tinggi semapai dan berkulit putih masuk ke kamar ku. Senyumnya yang hangat menambah kecantikannya yang memakai gaun biru laut dengan hijab abu-abu mudanya. Aku mengangguk seraya memperbaiki gaun ku sambil bercermin. “Kalau emang kamu gak mau,gak apa-apa kok,Din. Rahmat pasti ngerti. Lagian dia juga yang bakal gak enak kalau kamu dateng.” Kata Indah lagi sambil melihat ku dengan wajahnya yang terlihat memelas. Aku hanya tersenyum membalas ucapannya, memberi pesan bahwa aku benar-benar akan baik-baik saja. Indah tak perlu mengkhawatirkan aku. Air mata ku sudah cukup kering untuk dikeluarkan lebih banyak lagi. Dengan langkah mantap, aku dan Indah jalan beriringan ke luar kosan. Satu menit kemudian supir grab yang kami pesan muncul didepan halaman kosan. Kami bergegas memasuki mobil dan melaju ke tempat tujuan. Aku mengambil