Langsung ke konten utama

Bukan Bidadari Mu 2

Sore itu aku berjalan sendirian menuju salah satu cafe didekat rumah ku. Hari ini ada janji bertemu dengan teman dekat ku semasa kuliah dulu -Indah- perempuan yang berkulit putih dan ketika tersenyum akan tampak gigi putihnya yang rata.
"Dini..! "
Seseorang dibelakang ku memanggil nama ku. Aku sangat mengenali suara ini. Aku pun menoleh ke belakang. Seorang perempuan bergamis abu-abu dengan jilbab biru mudanya berjalan cepat ke arah ku dengan senyum sumringah.
"Indahhhh"
Aku berlari kecil ke arah Indah, lalu memeluknya erat. Setelah setahun kami tak bertemu karena setelah menikah ia langsung diboyong suaminya pindah ke Palembang. Senyum merekah terukir diwajah kami berdua.
"Congrats yaaa, akhirnya kamu nikah juga!" kata Indah dengan kalimat yang sedikit mengejek.
"Iyalah, masa belum move on terus" balas ku padanya yang langsung menepuk pundak ku.
Aku dan Indah menuju tempat duduk didekat jendela sambil membawa makanan masing-masing. Tak lama datang suami Indah yang merupakan senior dikampus ku -Kak Idwar-.
"Yank, aku ke rumah temen dulu ya. Entar kabarin kalo udah dirumah Dini" kata suaminya lalu tersenyum pada ku. Aku pun membalas senyumnya dengan mengangguk.
"Okeh, yank. Kita mau flashback dulu ni"
Kemudian Kak Idwar pun keluar cafe dan langsung pergi menggunakan taxi. Aku dan Indah saling menatap. Kemudian kami tertawa serempak, seolah tahu isi hati masing-masing mengenai apa yang ingin kami bicarakan. Tentunya bertanya kepada ku, tentang calon suami ku.
"Jadi, gimana nih ceritanya kamu bisa sama Aldi? " Indah mulai bertanya sambil menyedot minuman matchanya.
"Ya gitu aja sih, kayak kamu sama kak Id. Dia datang, ngelamar, terus diterima. " jawab ku sekena nya saja.  Kalau bicara soal Aldi aku memang suka bingung. Karena proses kami yang terlalu cepat.
Aku bertemu Aldi dalam acara kajian didaerah Bekasi.  Saat itu Aldi menampilkan grup nasyid sebagai vokalis utama. Well, aku tersihir oleh suaranya yang sangat khas. Perempuan manapun pasti akan meleleh mendengar suaranya. Suara berat dengan serak-serak basah sangat cocok ketika ia menyanyikan lagu muhasabah cinta. Namun pertemuan kami yang sebenarnya hingga membuat Aldi tertarik pada ku bukan saat itu. Tapi beberapa hari setelah kajian, aku dipaksa sepupu ku -Arya-untuk menemuinya demi berfoto dengan Aldi. Aku mengiyakan saja karena tugas ku hanya menemani. Eh, ternyata kami berdiskusi mengenai apapun dengannya hingga tak terasa waktu 3 jam pun terlewati. Dari percakapan tetsebut Aldi tertarik dan langsung menemui ayah ku untuk melamar. Dan sekarang Arya senang bukan main saat tahu bahwa idolanya akan menjadi bagian dari keluarga besar kami.
"Tapi Din, aku denger dari temen ku yang sekampus sama Aldi, dia itu playboy, suka gonta ganti cewek. Pernah juga digrebek sama polisi karena pesta narkoba" aku menarik nafas mendengar ucapan Indah barusan. Memang benar kata Indah, tapi itu Aldi yang dulu. Aldi 4 bulan yang lalu sebelum akhirnya ia memutuskan untuk hijrah meninggalkan kebiasaan dan teman-temannya yang lama.
"Iya aku tau. Tapi itu kan masa lalunya dia. Setiap orang pasti punya masa lalu yang kelam,ndah. Yang penting sekarang dia udah berubah, mau belajar jadi manusia yang lebih baik lagi. Lagian dia bersih gak pake narkoba. Aku udah cek hasil lab nya. "
Indah hanya mengangguk menandakan bahwa dia percaya perkataan ku.
"Iya sih dari penampilan juga berubah. Celananya udah cingkrang sama berjenggot pula. Kayak Rahmat"
Kata Indah yang berusaha menggoda ku. Ah, harusnya jangan lagi mengungkit nama itu. Rahmat sudah bahagia bersama bidadarinya. Kabar terakhir waktu aku lulus wisuda istrinya melahirkan. Setelah itu aku langsung pulang ke kampung halaman dan mencari pekerjaan.
"Aldi mah,kayak Teuku wisnu kalo berjenggot Ndah.  Hahhahaa... "
Setelah cukup lama membicarakan masa-masa dikampus dulu, aku dan Indah memutuskan untuk ke rumah ku. Ini kali pertamanya Indah datang ke rumah ku. Walaupun rumah ku tidak begitu jauh dari kampus, hanya 3 jam, tapi aku jarang pulang ke rumah. Hanya pada libur kuliah saja. Jadi Indah tak pernah datang ke rumah ku selama kuliah. Dia pun setelah wisuda hari kamis, minggunya langsung menikah karena memang sudah ditunggu oleh Kak Idwar. Jadi tak sempat silaturahmi ke rumah ku.
Sesampainya dirumah, keadaan dirumah ku cukup ramai. Karena minggu ini akan ada resepsi pernikahan ku, jadi keluarga besar dari ayah dan ibu pun menginap dirumah hingga acara selesai.
"Nak, baju pengantinmu udah diambil belum? " tanya ibu saat aku baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah.
"Besok bu bajunya baru jadi. " balas ku pada ibu. Kemudian Indah menyalami ibu dan beberapa anggota keluarga yang kebetulan ada diruang keluarga seraya memperkenalkan diri.
Aku dan Indah langsung menuju kamar ku. Kami berdua menjatuhkan tubuh kami diatas ranjang. Indah menggapai boneka beruang di sisi kanan tempat tidur lalu memeluknya.
"Kapan nih, aku dapat keponakan?" kata ku pada Indah. Dia melempari ku dengan boneka beruang lalu tertawa.
"Doakan aja yaa, dikasih Allah nya cepet"
"Aminnn"
"Oh ya, aku pengen tau nih, kenapa sih kamu bisa nerima Aldi,Din?" kata Indah dengan tatapan yang menyelidik. Aku tertawa melihat tingkahnya. "Bukannya mau ngungkit masa lalu nih ya. Ini kan udah 2 tahun semenjak kamu ditinggal sama Rahmat.  Dan selama 2 tahun itu juga banyak banget yang ngedeketin kamu, bahkan sampe ngelamar kamu walaupun waktu itu kamu belum syar'i kayak sekarang. "
Indah merubah posisinya menjadi duduk. Ia berpikir sesaat dan melanjutkan kalimatnya. "Kayak kak Ridho, kak Rendy sama Fathur. Mereka bertiga bukan laki-laki biasa loh, Din. Mahasiswa berprestasi, aktivis kampus juga. Kenapa kamu tolak? Eh yang diterima malah penyanyi nasyid. "
"Ya, mungkin... " aku berpikir sejenak, mencari kalimat yang pas agar Indah mudah mengerti. "Kamu kan tau, gimana galau nya aku sama Rahmat waktu itu. Mereka datang diwaktu yang salah, Ndah. Dan Aldi datang disaat aku udah siap untuk berumah tangga. Dia datang diwaktu yang tepat. " Indah masih memasang raut wajah penasaran seolah bertanya kenapa harus Aldi?  .
"Aldi itu mau belajar. Semenjak hijrah, walaupun orang tuanya konglomerat dia gak banyak gaya. Gak hedon kayak dulu lagi. Gak sombong. Dan mau berbaur dengan siapapun. Dia juga aktif dikegiatan sosial dan sering main ke panti asuhan. Itu yang aku cari,Ndah"
"Hmmmm... Masuk akal alasan mu"
"Tok tok tok... " suara seseorang dari luar mengetuk pintu kamar. Aku berangkat dari tempat tidur lalu membuka pintu. Dengan wajah yang sedikit panik ibu berdiri dihadapan ku sambil menarik tangan ku untuk keluar kamar.
"Ada apa bu? "
"Ada tamu diluar, pengen ketemu kamu, nak. "
Aku menurut saja perkataan ibu. Saat aku mulai memasuki ruangan keluarga, seluruh keluarga ku yang berada diruangan itu melihat ku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan. Saat tiba diruang tamu, seorang perempuan dengan dress panjang berwarna peach dan rambut panjang duduk dikursi tamu. Kepalanya menunduk, tangannya mengelus perutnya. Oh, ternyata perempuan itu sedang hamil.
"Kenapa, yah? " tanya ku pada ayah yang duduk dihadapan perempuan itu. Perempuan itu pun mendongak melihat ku. Matanya sembab, ia sedang menangis. Tapi aku sama sekali tak mengenalnya.
"Mbak Dini" perempuan itu mengeluarkan suaranya yang serat. Aku menatapnya heran, apa dia mengenal ku?
"Tolong mbak jangan nikah sama Aldi" lanjutnya lagi.
"Mak..sud mu?" kata ku sambil terbata-bata.
Perempuan itu langsung bersimpuh dikaki ku sambil terus mengatakan agar aku tidak menikahi Aldi. Sebenarnya siapa perempuan ini?
Ibu membantu perempuan itu untuk kembali duduk ke kursi. Aku mengambil tempat duduk disebelah ayah. Ayah menarik nafas dalam, mencoba menjelaskan apa yang telah terjadi pada perempuan ini.
"Ini Nayla. Dia mantan pacarnya Aldi dan hamil anak Aldi sudah 5 bulan. "
Tiba-tiba badan ku gemetar. Atmosfer diruangan tamu itu tiba-tiba berubah. Rasanya sulit sekali bernafas. Atau mungkin dada ku yang terlalu sesak karena sulit mencerna kalimat yang baru saja dilontarkan oleh gadis dihadapan ku ini.
"Mbak jangan bercanda, Aldi gak mungkin ngelakuin hal kayak gitu! " ucap ku dengan irama yang sedikit membentak.
Ayah mengelus punggung ku. Aku menarik nafas dalam mencoba memadamkan api yang sudah mulai membakar dada ku. Perlahan aku merasa mata ku semakin terasa panas.
"Aldi sudah ayah suruh ke sini. Dia lagi dijalan. Kita selesaikan masalah ini dengan cara baik-baik"
Tak lama suara motor semakin terdengar keras dan memasuki halaman rumah. Seorang laki-laki dengan kemeja navy dan celana cingkrang berwarna abu-abu memasuki rumah.
Wajah Aldi terlihat pucat. Tak ada reaksi keterkejutan dari Aldi saat melihat perempuan hamil itu seolah dia sudah tahu dengan kehadiran perempuan ini. Ia berjalan santai lalu duduk disamping perempuan tersebut.
Aku melihatnya dengan tatapan galak, air mata yang sedari tadi ku tahan tak dapat lagi dibendung. Pelan-pelan ia mengalir ke pipi hingga membasahi jilbab ku.
"Nak Aldi,tolong jelaskan kepada kami secara jujur dan benar tentang siapa perempuan ini dan apa hubungannya dengan kamu, nak. " ayah membuka percakapan dengan nada yang rendah.
Aldi menundukkan pandangannya. Sekitar lima detik ia diam lalu ia melihat ke ayah.
"Nayla ini memang mantan aku, om. Sewaktu aku belum hijrah. Tapi aku yakin anak yang dikandung Nayla bukan anak aku om. "
"Ini anak kamu, Aldi!  Demi allah ini anak kamu!" Nayla kembali meraung sambil menangis. Kali ini ia menggenggam erat tangan Aldi namun Aldi berusaha menepisnya sambil beristighfar.
"Dari mana kamu bisa menyimpulkan kalau itu anak aku, Nay? Aku tau bukan aku satu-satunya cowok yang pernah tidur sama kamu! "
Aku tau bukan aku satu-satunya cowok yang pernah tidur sama kamu...
Jadi,
Aldi sudah pernah tidur dengan wanita lain?
Oh, Allah!
"Aku ini hamil 5 bulan. Kamu lupa ya? terakhir kali kita masih berhubungan itu bulan agustus, lalu seminggu kemudian kamu kecelakaan parah dan dibawa keluar negeri. Aku tungguin kamu sembuh, tungguin kamu pulang. Pas aku tau dari teman kamu kalau kamu udah balik ke indonesia aku ke rumah kamu, mama mu selalu bilang kamu gak ada. Terakhir aku denger dari temen mu, kamu mau nikah sama perempuan lain!! "
"Bisa aja kan, selama aku koma itu kamu juga main sama laki-laki lain? " suara Aldi semakin meninggi. Kali pertama aku melihatnya dengan raut wajah yang begitu emosi. Aldi yang ku kenal selama ini adalah Aldi yang selalu berbicara dengan nada yang lembut, tidak kasar seperti ini.
Mendengar jawaban Aldi membuat ayah mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras. Ayah sedang menahan amarah. Kata-kata yang keluar dari mulut Aldi seolah ia merendahkan Nayla membuatnya tersulut emosi. Ingin rasanya ia menghajar wajah anak itu. Mengingat anak perempuannya pun telah disakiti dengan perbuatan Aldi. Namun ayah beristighfar, menenangkan dirinya agar tak mudah digoda oleh setan.
"Kalau kamu emang gak percaya, aku siap tes DNA. Kalau memang anak ini bukan anak kamu, aku gak akan minta kamu bertanggung jawab. Aku gak akan ganggu kamu! Tapi tolong, sampai aku melahirkan kamu jangan dulu menikah dengan orang lain!" ujar Nayla sambil menangis. Aldi kehilangan kata-kata untuk membalas perkataan Nayla.
"Jadi, Nayla mau Aldi tidak menikah dulu sebelum kamu melahirkan dan tes DNA anak tersebut? "
Nayla hanya mengangguk. Sesekali ia mengelap air matanya yang membanjiri hampir setengah badannya dengan tisu. Aldi menyenderkan tubuhnya pada kursi, meletakkan kedua tangannya dikepala sambil bernafas perlahan.
Sedangkan aku menangis sesenggukan didalam pelukan ibu. Semakin panjang perdebatan antara Nayla dan Aldi hati ku semakin terasa sakit. Kenyataan yang ku dengar dari mulut Aldi bukanlah kebenaran yang aku harapkan. Aku pikir, sekelam apapun masa lalunya ia tak mungkin melakukan zina, perbuatan hina yang paling aku benci.
"Kalau Dini bagaimana? "
Aku melepas pelukan dari ibu. Membersihkan wajah ku dengan jilbab yang ku pakai dan memperbaiki posisi duduk agar lebih tegak.
Bismillahhirrohmanirrohim
"Dini gak mau pernikahannya diundur. " jawab ku pada ayah yang langsung disambut tangis oleh Nayla dan tatapan tak setuju dari ayah.
"Dini mau pernikahannya dibatalkan saja. " lanjut ku lagi dengan nada yang lebih tegas.
Aku bergegas naik menuju lantai atas dengan menaiki tangga. Aldi menatap tak percaya dan terus memanggil ku untuk berbicara dulu dengannya. Namun aku tak menggubrisnya. Langkah ku semakin mantap menaiki tangga.
"Om, tolong ijinin Aldi buat ngomong dulu sama Dini" kata Aldi pada ayah sambil memelas.
Ayah menjawab dengan setengah hati "Kamu naik ke atas, kalian bisa ngobrol dibalkon".
Aku sedikit kesal dengan jawaban ayah. Aku tak ingin berbicara apa-apa lagi dengan Aldi. Mengetahui bahwa Aldi sudah pernah berzina pun sudah cukup membuat hati ku hancur berkeping-keping. Namun rasanya tak adil, jika aku tak mendengar dulu penjelasan darinya. Walaupun hasilnya akan tetap sama : membatalkan pernikahan. Apapun penjelasannya aku tak kan berubah pikiran.
"Din,tolong dengerin penjelasan aku dulu. "
Aku berhenti melangkah. Membalikkan badan sambil melihat Aldi yang sedang kesusahan mengatur nafasnya karena berlari mengejarku menaiki tangga.
"Apapun keputusan kamu, aku bakal terima. Aku cuman pengen ngomong sama kamu, dan mungkin ini yang terakhir kalinya. "
Aku hanya diam sambil melihatnya dengan tatapan dingin.
"Aku mohon, jangan batalin pernikahan kita. Tunggu aku sampai bayi Nayla melahirkan. Aku yakin itu bukan anak aku. Aku cuman mau nikah sama kamu. "
"Lalu bagaimana jika setelah melahirkan ternyata itu beneran anak kamu? "
Aldi terdiam dengan ucapan ku.
"Kamu pengen aku jadi istri kedua kamu?! " lanjut ku lagi dengan sinis. "Kayaknya aku lebih bisa menerima Aldi yang pemakai narkoba dari pada pezina! Bukan hanya Nayla kan yang pernah tidur sama kamu?! "
"Itu cuman masa lalu aku. Aku beneran akan berubah. "
"Aku bukannya mau mengungkit masa lalu kamu. Itu masalah mu. Aku tau kamu sudah berubah. Kamu yang sekarang bukan lagi kamu yang dulu." aku menghela nafas. Air mata dari kedua bola mata ku semakin mengalir dengan lancarnya. Membuat ku semakin sulit meneruskan kalimat selanjutnya.
"Ini masalah ku, Di. Aku yang gak bisa menerima kesalahan kamu dimasa lalu. "
"Jadi, tidak ada harapan lagi untuk ku? "
"Tidak."
"Baiklah,aku pamit"
Kemudian Aldi berjalan menuju tangga. Derap langkahnya semakin samar ku dengar.
"Aldi! "panggil ku lagi. Aldi pun menoleh. "Anak kamu ataupun bukan. Menikahlah dengan Nayla. Bagaimanapun kalian pernah bersama. Kau punya adik perempuan,Di. Aku yakin, kau pun akan sangat marah jika ada laki-laki yang menodai adik mu. "
Tiba-tiba Aldi menangis. Hatinya terenyuh mendengar ucapan ku.
"Kau benar, Din. Terima kasih sudah mengingatkan ku. " ujarnya lalu menuruni tangga.
Aku tau, Aldi sangat menyayangi adiknya. Mungkin hatinya menjadi tersentuh saat aku mengatakan hal tersebut. Dan kembali memikirkan atas apa yang telah ia perbuat pada Nayla. Benar saja, setelah Nayla melahirkan, teman Aldi datang mengantarkan undangan pernikahan.
Hari itu aku cukup terkejut dengan kenyataan pahit yang harus ku telan. Satu minggu sebelum menikah, pernikahan justru harus dibatalkan karena kesalahan mempelai laki-laki dimasa lalu. Undangan yang telah disebar, catering makanan yang sudah dipesan, baju pengantin yang siap ku ambil esok hari, harus ku relakan untuk memberikannya pada wanita lain. Tidak hanya itu, aku pun harus merelakan Aldi yang sekarang sudah jadi suami Nayla.
Kejadian kali ini lebih pahit dari sekadar ditinggal menikah dengan Rahmat. Aku tak hanya harus menahan rasa sakit, namun juga rasa malu yang turut ditanggung oleh keluarga besar ku.
Ternyata penantian ku mencari pemimpin dalam keluarga kecil ku tidak lah mudah. Aku kembali diuji oleh Nya.

***

Halo Para Pembaca!
Mungkin ada yang penasaran dengan kelanjutan kisah Dini mencari calon imamnya? Ada nih kelanjutannya di wattpad ku, silahkan difollow dan divote yakk @khalisaem :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lambang SMADA

Perisai.     :  Pertahanan Motto.      :  Berani,Sopan,bertanggung jawab Globe.      :  Ilmu yang mendunia Obor.        :  Semangat yang membara Silang.      :  Sportifitas Hijau.       :  Green kampus smada SOL.        :  study organization of love Ini Lambang sekolah gue,mungkin Ada kesalahan ya ? Gue gak tau,mungkin catatan gue yang kurang lengkap :)

Pantun tentang Adiwiyata

Read it ! :) Lampu mati gelap gulita Hidupkan senter biar terang Buanglah sampah pada tempatnya Lingkungan sehat belajar pun tenang Pisau tajam melukai tangan Darah berhenti dengan kain basah Jangan kau buang sampah sembarangan Kalau sakit diri sendiri yang susah Tebang nipah buang daunnya Bercermin mewah di rumah Dara Buanglah sampah pada tempatnya Cerminan siswa SMA Dua Bagai angsa patah lengan Bola kisaran berumur tua Hargai bangsa cinta lingkungan Pola pikiran SMA Dua Pergi berlibur ke rumah paman Main ke hutan mencari laron Ambillah cangkul pergi ke taman Marilah kita tanam seribu pohon Buah naga di kebun Pak Dollah Mekar sekuntum berkhayal semu Mari menjaga lingkungan sekolah Agar mudah mendapatkan ilmu Paman memetik sirih di taman Petak lahan di rumah Pak Dollah Taman indah,asri dan nyaman Bentuk dari pencitraan sekolah Bunga mawar berwarna merah Tak lupa hiasi dengan pit

BAD NOVEMBER (Cerbung Cerpen CakShill) PART 1

Read it ! :) Halo my blog! Aku kan udah post sinopsis nya nih,sekarang cerbungnyaa.Cerita ini gue bikin pas bulan Desember.Dan baru selesai hari ini,27 desember 2013.Yaa,untuk penutupan akhir tahun,bentar lagi kan udah 2014.Kalo ada yang typo,maaf yak! Namanya juga laptop,tidak luput dari kesalahan~ Langsung aja yuk! baca nya pake hati yaaaaaa ;) ---------------------------- Part 1. Mie ayam Cappucino Kau yang selalu menjagaku Di saat ku bersedih dimana kau kini Kau yang selalu memelukku Disaat ku menangis mengapakah kau pergi Bahagia kau lihat terpuruk ku disini Menanti kau kembali Aku masih cinta... . Prok pro prok!!             Suara tepuk tangan dari penonton memenuhi cafe Manifesto.Seorang gadis duduk diatas panggung tersenyum senang karena dapat menghibur para penonton.”Terima kasih semuanya,tadi itu merupakan lagu ciptaan saya.Semoga kalian semua terhibur dengan penampilan saya tadi.Sampai jumpa sabtu malam!”senyum gadis itu.